Arti Gereja

Arti Gereja
Gereja bukan rumah gereja, rumah gereja adalah tempat gereja berkumpul dan beribadah kepada Tuhan
Dalam sumber www.cakka.web.id saya menemukan bentuk rumah gereja dengan inkulturasi budaya Cina/Tionghoa sebagai berikut.
Para pembaca blog yang saya kasihi dalam kasih Tuhan Yesus. Postingan ini mengemukakan beberapa arti tentang gereja. Pembahasan ini penting karena sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, ada orang yang memahami gereja sebagai bangunan gereja. Misalnya, di kendraan umum,  ketika ada penumpang yang akan turun di depan sebuah bangunan gereja, selalu ditanya turun di mana? Lalu dijawab gereja. Sebaliknya, kondektur dan atau sopir akan menyampaikan kepada para penumpang bila mendekati rumah gereja dengan menyatakan: Gereja-gereja. Maksudnya jika ada penumpang yang siap turun di depan rumah gereja. Beberapa contoh ini menyatakan bahwa gereja dipahami sebagai bangunan orang-orang yang sering beribadah kepada Allah Tritunggal (Bukan tiga Allah tetapi satu Allah. Tritunggal artinya satu dalam hal “keber-ada-an/kekal, dan “tiga dalam kepribadian”. Pertanyaannya ini: Kapan Yesus ada, kapan Roh Kudus ada? Jawaban ayat suci (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) adalah sejak kekal. Yesus keberadaan-Nya sejak kekal, Roh Kudus juga keberadaan-Nya kekal. Oleh karena itu istilah Trinitas atau Tritunggal dipakai untuk menggabarkan kesaksian Alkitab tentang ajaran ini. Yesus juga tidak menjadi Allah karena dilantik oleh manusia (murid-murid-Nya), tidak juga dilantik oleh gereja dalam konsili atau rapat akbar/siding sinode tahun 325 di Nicea tetapi Yesus adalah Allah merupakan kesaksian Alkitab. Teologi Protestan adalah “Allah menjadi manusia” bukan “manusia menjadi Allah”.  Meja adalah hasil karya tukang dan sampai kapanpun meja tidak akan menjadi Tukang. Hal ini benar tetapi logika ini tidak kontekstual untuk menjelaskan tentang “Yesus adalah Tuhan”. Dalam logika “meja”, meja tidak bisa berubah menjadi tukang tetapi tukang yang berubah menjadi menjadi. Namun hal ini sulit terjadi karena tukang adalah ciptaan dan bukan pencipta. Penciptalah yang mahakuasa. Yang maha kuasa inilah bersedia menjadi manusia yang disebut Yesus. Rasul Yohanes dalam Injil Yohanes 1:1,3 dan 14 menyatakan demikian, dan kesaksian Kejadian 1:1
Bunyi ayat suci di atas sbb:
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh. 1:1). Selanjutnya: “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang dijadikan.” (Yoh.1:3)
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, … (Yoh. 1:14)
Kejadian 1:3,6,9,11,14,20,24,26,29. Dalam 9 ayat suci ini terdapat frasa: “Berfirmanlah Allah …” dalam hermeneutika Reformator: Alkitab menafsir dirinya sendiri. Maksudnya ayat-ayat suci dalam Alkitab saling berhubungan dan memberi arti yang cocok/sesuai. Dalam contoh ini. Maksud penulis kitab Kejadian tentang “Berfirmanlah Allah” adalah bahwa dengan Firman-Nya atau logi Allah maka semuanya tercipta pada hari: 1,2,3,4,5,6 dan hari ketujuh sebagai hari perhentian. Kemudian ayat-ayat suci dalam Kejadian 1: 3,6,9,11,14,20,24,26,29 diperjelas dalam Yohanes 1:1 “Pada mulanya Firman dan firman itu bersama-sama Allah … dan “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang dijadikan.” (Yoh.1:3). Inilah dasar keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan bukan karena dilantik atau melalui rapat gereja kemudian Yesus dijadikan menjadi “Allah”. Inilah isi kepercayaan Gereja sepanjang masa.
Kini saya melanjutkan pembahasan tentang arti gereja. Beberapa ahli menyatakan bahwa Perjanjian Baru memiliki dua kata yang diambil dari Septuaginta, yaitu dari frasa  “ekklesia” yang berasal dari kata ek dan kaleo. Kedua kata ini memiliki pengertian yakni  memanggil keluar, dan kata Sunagoge dari kata sun dan ago yang berarti datang atau berkumpul bersama.
Kata Sunagoge secara eksklusif menunjuk kepada arti pertemuan ibadah orang Yahudi atau biasa merujuk pada bangunan di mana orang-orang Yahudi berkumpul secara spiritual yaitu perkumpulan untuk melaksanakan ibadah. Bagian ini dideskripsikan oleh penulis Injil Matius (bnd. Mat. 4:23; Kis. 13:43; Why. 2:9, 3:9).
Dalam Perjanjian Baru kata Yunani yang dipakai untuk persekutuan orang yang dipanggil itu yakni kata “ekklesia”. Orang yang bersekutu/berkumpul atau persekutuan sebagaimana dalam kesaksian ayat-ayat suci yaitu: Kis. 19:32, 39 dan Kis. 19:1-11 Kis. 19:32 adalah persekutuan karena panggilan Yesus. Memang disadari bahwa dalam ayat-ayat ini ada ekklesia tanpa arah (Kis. 19:32), yaitu kumpulan orang dalam gedung tetapi kumpulan itu tidak punya arah yang baik, kacau balau. Tetapi tidak demikian ekklesia Yesus Kristus, kumpulan atau ekklesia Yesus Kristus adalah kumpulan atau persekutuan yang tertib dan mempunyai arah yang jelas. Kumpulan seperti inilah yang dinarasikan dalam Kis. 19:1-11.
Dalam postingan di atas telah dikemukakan dua kata Yunani yaitu ek dan kaleo yang membentuk kata “ekklesia”. Kedua kata ini kemudia diartikan “ke luar dari sekumpulan orang-orang”. Yang dimaksud dalam pengertian ini dapat dianalogikan sebagai berikut.
Bila seorang ayah yang bekerja sebagai seorang staf di perusahan atau dalam isntansi pemerintah yaitu pada kantor-kantor tertentu. Pada suatu saat mendapat panggilan atasan untuk mengikuti rapat. Bila ia berada di kantor maka staf tersebut akan meninggalkan staf yang lain untuk mengikuti rapat, atau bila ia berada di rumah dan mendapat telepon mengikuti rapat maka sang ayah tersebut harus meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk selanjutnya mengikuti rapat di kantor. Suasana inilah yang digambarkan dalam kata ek dan kaleo dalam kata “ekklesia”.  Dalam konteks Romawi pada waktu itu, bahwa warga Negara Yunani dipanggil keluar dari rumah mereka, dipanggil keluar. Panggilan demikian jangan terlalu ekstrim diartikan dalam gereja yaitu dipanggil keluar dari masyarakat, sebab jika demikian maka peran komunitas yang disebut ekklesia Kristus tidak memiliki dampat yang berarti sebagaimana yang diajarkan Yesus dalam ajaran-Nya tentang garam dan terang dunia. Dengan demikian kata ekklesia mesti dipahami dalam kesaksian Perjanjian Baru.
Ketika kata ekklesia dipakai dalam Perjanjian Baru maka artinya yakni perkumpulan orang-orang yang dipanggil dan Tuhan sendiri yang memanggil mereka. Tuhan Yesus pertama kali memakai ekklesia untuk menunjuk murid-murid-Nya yang ada bersama dengan Yesus (Mat. 16:18). Murid-murid adalah ekklesia dari mesias, Israel yang sejati. Dalam konteks ini segera menjadi jelas bahwa ekklesia adalah kelompok orang yang dipanggil oleh Yesus Kristus untuk menjadi pengikut-Nya. Hal ini digambarkan secara jelas oleh Berkhof dengan menyatakan bahwa gereja adalah persekutuan orang yang dipanggil Yesus untuk menjadi pengikut-Nya, dan yang pertama dipanggil adalah murid-murid-Nya.  Selanjutnya kata ekklesia dipakai untuk menunjuk gereja-gereja local yang didirikan di mana-mana pada zaman murid-murid.
Kumpulan atau ekklesia Yesus Kristus adalah ekklesia yang mengalami: pengalaman hidup dalam Roh Kudus atau menerima Roh Kudus, orang yang menerima Roh Kudus mengalami pembaharuan kehidupan (Gal.5:22), yaitu hidup dalam: Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Inilah yang dialami oleh orang yang menerima Roh Kudus. Ajaran inilah yang diajarkan Paulus. Sebuah pengajaran yang agung, pengajaran yang tiada taranya. Persekutuan atau ekklesia Yesus Kristus hidup dalam pengajaran ini. Itulah sebabnya ekklesia Yesus Kristus berbeda dengan ekklesia pra Kristen dalam Hellenisme (kebudayaan Yunani-Romawi kuno).
Esensi dari ekklesia yang dipakai dalam Yunano kuno adalah adanya perkumpulan atau rapat karena adanya panggilan. Berdasarkan panggilan atasan kepada bawahan untuk mengikuti pertemuan maka kata yang cocok dipakai adalah “ekklesia”. Ketika kata ini dipakai oleh penulis-penulis Perjanjian Baru maka panggilan itu dipahami datang dari Yesus Kristus melalui berita Injil Yesus Kristus. Setiap orang yang menerima Injil Yesus Kristus berarti menerima panggilan Allah. Jadi, Allah memanggil seseorang untuk menjadi pengikut Yesus Kristus melalui Injil-Nya yang dikabarkan oleh para rasul dan selanjutnya oleh gereja. Mereka yang menerima Injil mengambil bagian dalam persekutuan seiman dalam Yesus Kristus. Orang-orang yang menerima Injil mewujudkan persekutuan. Salah satu perwujudan persektuan itu yakni pertemuan di rumah gereja pada hari Minggu. Rumah gereja itu ada yang dibangun berdasarkan gaya gotik dan gaya-gaya yang lain seperti kebudaayaan tertentu di Asia. Seperti Rumah Gereja berarsitektur Cina. Rumah gereja dalam bentuk apapun dapat dipakai untuk mewujudkan persekutuan atau ekklesia Yesus Kristus dalam organisasi gereja manapun. 
 Jadi, gereja adalah orang yang mendapat panggilan Allah melalui berita Injil Yesus Kristus. Melalui berita Injil Yesus Kristus, orang yang menerima meyadari akan dosanya, mengakui dosanya dan bersedia meninggalkan dosa kemudian hidup dalam kehidupan yang diubahkan oleh Injil Yesus Kristus atau hidup dalam buah-buah Roh Kudus. Maksudnya mewujudkan Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri  dalam kehidupan sebagai akibat dari kepercayaan kepada Yesus Kristus.
Dalam konteks kita di Indonesia, kata “Gereja” yang kita pakai berasal dari bahasa Portugis yaitu dari kata igreya, yang jika mengingat akan cara pemakaiannya sekarang ini, adalah terjemahan dari kata Yunani kyriake. yang berarti yang menjadi milik Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan “milik Tuhan” adalah: orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya. Jadi yang dimaksud dengan “Gereja adalah persekutuan para orang beriman kepada Yesus Kristus”. 
Dalam postingan selanjutnya kita akan membicarakan arti gereja dalam beberapa kiasan yang dipakai rasul Paulus.

Salam
Yonas Muanley
Read More